PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN
PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
Abdur Rohman
Kemandirian
biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan
inisiatif, mengatur tingkah laku bertanggung jawab, mampu menahan diri,
membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah-masalah
tanpa ada pengaruh dari orang lain. Oleh karena itu, perkembangan
kemandirian peserta didik menuju kearah kesempurnaan menjadi sangat
penting, untuk dilakukan secara serius dan terprogram. Dengan demikian, masalah
penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kepribadian individu dalam
interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya. Jadi penyesuaian diri
mencakup belajar untuk menghadapi melalui perubahan dalam tindakan atau sikap.
Dengan demikian, individu memberikan reaksi yang berbeda dalam menghadapi
situasi tertentu sesuai dengan proses pendekatan yang digunakannya.
Kata kunci: Bertanggung
jawab, perkembangan kemandirian, aspek kepribadian,
penyesuaian diri, proses pendekatan.
LATAR BELAKANG
Sepanjang masa hidupnya, manusia
mengalami perkembangan dari sikap tergantung kearah kemandirian. Pada mulanya
seorang anak akan tergantung kepada orang-orang disekitarnya terutama orang tua
hingga waktu tertentu.
Kemudian secara perlahan-lahan anak melepaskan ketergantungan sehingga
tercapailah kemandirian. Tercapainya kemandirian akan menjadikan seseorang tidak
tergantung pada orang-orang disekitarnya, anak akan mampu mengatur dirinya
secara bertanggung jawab mengambil keputusan secara mandiri juga mampu memaknai
seperangkat prinsip-prinsip nilai.
Menurut Steinberg dalam Desmita (2009: 184), kemandirian berbeda dengan tidak
tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh
kemandirian. Pencapaian kemandirian bukanlah hal yang
mudah bagi remaja, namun
kemandirian tetap harus
diraih karena kemandirian akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
selanjutnya. Keberasilan remaja dalam mencapai kemandirian memerlukan
reaksi-reaksi yang tepat dari keluarga dan orang-orang disekitarnya. Kumara dalam
Ghufron dan Rini Risnawati (2010: 34), menyatakan bahwa kepercayaan diri
merupakan cirri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan
diri sendiri. Tuntutan yang besar terhadap kemandirian memang muncul pada masa
remaja, namun kemndirian perlu ditanamkan sejak usia dini. Orang tua merupakan
pemegang peranan utama disebuah keluarga dalam mengasuh dan membibing keluarga
untuk meraih kendirian. Diperlukan keluarga yang mampu mengasuh dan membimbing
remaja kearah kemandirian agar kemandirian remaja berkembang dengan baik. Anthony dalam
Ghufron dan Rini Risnawati (2010: 34), berpendapat bahwa kepercayaan diri
merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat
mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian, dan
mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang
diinginkan. Orang tua yang kurang memberikan kesempatan kepada remaja untuk
belajar membuat keputusan secara tepat dapat membuat remaja cenderung menggantungkan
pengambilaln
keputusan kepada orang lain meskipun keputusan tersebut berkaitan dengan
kepentingannya tanpa berusaha untuk mengambil keputusan secara mandiri.
Monks dalam Desmita (2009: 185),
menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua
dengan maksud untuk menemukan dirinya melauli proses mencari identitas ego,
yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri.
ASPEK-ASPEK
PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN
PENYESUAIAN DIRI DALAM
PROSES PEMBELAJARAN
Kemandirian tidak hanya didapatkan oleh
remaja saat berada di rumah, namun kemandirian juga didapatkan di sekolah. Guru
berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemandirian di sekolah.
Kemandirian di sekolah, berkaitan dengan metode yang dipakai oleh guru saat mengajar di dalam kelas. Guru yang
mendukung perkembangan kemandirian
siswa, menerapkan cara belajar yang demokratis seperti, memberikan kebebasan pada siswa untuk
berpendapat dan mempertahankan
pendapatnya saat proses belajar di dalam kelas. Kebebasan yang diberikan oleh
guru kepada siswa dapat diwujudkan
melalui kebebasan dalam mengerjakan
tugas-tugas sekolah dengan cara-cara yang siswa memiliki dan cara-cara
tersebut dirasa memudahkan siswa dalam
mengerjakan tugas. Kemandirian juga terlihat dari berkurangnya ketergantungan
siswa terhadap guru di sekolah seperti, pada jam pelajaran kosong karena
ketidakhadiran guru di kelas, siswa
dapat belajar secara mandiri dengan membaca buku atau mengerjakan latihan soal yang dimiliki. Menurut
Chaplin dalam Desmita (2009: 185), otonomi adalah kebebasan individu
manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang memerintah, menguasai dan
menentukan dirinya sendiri.
Siswa yang mandiri, tidak lagi
membutuhkan perintah dari guru atau orang tua untuk belajar ketika berada di
sekolah maupun di rumah. Siswa yang
mandiri telah memiliki nilai-nilai yang dianutnya sendiri dan menganggap bahwa
belajar bukanlah sesuatu yang memberatkan, namun merupakan sesuatu yang telah
menjadi kebutuhan bagi siswa untuk meningkatkan prestasi di sekolah. Individu yang memiliki penilaian positif
terhadap dirinya akan menyukai dan menerima keadaan dirinya sehingga akan
mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, dan dapat melakukan penyesuaian
sosial yang baik. Rasa percaya diri dan harga diri yang tumbuh seiring dengan
adanya keyakinan terhadap kemampuan
dirinya membuat individu cenderung lebih aktif dan terbuka dalam melakukan
hubungan sosial dengan orang lain. Sementara itu, Steinberg dalam Desmita
(2009: 186), karateristik kemandirian
ada tiga bentuk, antara lain sebagai berikut :
1.
Kemandirian emosional
(emotional autonomy)
2.
Kemadirian tingkah laku
(behavioral autonomy)
3.
Kemandirian nilai
(value autonomy).
Relasi
sosial yang luas akan menjadikan individu mampu mengerti dan melakukan apa yang
diharapkan oleh lingkungan, sehingga memudahkannya menyesuiakan diri dengan lingkungan. Menurut
Baum dalam Desmita (2009: 193), tingkah laku penyesuaian diri diawali dengan
stress, yaitu suatu keadaan di mana lingkungan mengancam atau membayakan
keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Fitts dalam
Agustiana (2009: 208), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting
dalam diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Penyesuaian diri
merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku yang
merupakan usaha individu untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara
tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Penyesuaian
diri yang baik akan menumbuhkan sikap yang positif dan optimis sehingga
memandang kompetisi sebagai motivator bagi
dirinya. Menurut Schneiders dalam Ghufron dan Rini Risnawati
(2010: 52), penyesuaian diri terdiri dari (1) penyesuaian diri personal (2)
penyesuaian diri sosial (3) penyesuaian diri marital atau perkawinan (4)
penyesuaian diri vokasional.
IMPLIKASI
PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
Kemandirian adalah kecakapan
yang berkembangan sepanjang rentang kehidupan individu yang sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor pengalaman dan pedidikan. Oleh sebab itu, pendidikan
disekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik
(Desmita, 2009: 190), diantaranya:
1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis,
yang
memungkinan
anak merasa dihargai.
2. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam
pengambilan keputusan dan
dalam
kegiatan sekolah.
3. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeplorasi
lingkungan, mendorong
rasa ingin
tahu mereka.
4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan
kekurangan anak, tidak
membeda-bedakan
antara anak yang satu dengan yang lain.
5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.
Karena disekolah guru
merupakan figure pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap
penyesuaian diri siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif
(Ryans dalam Hartinah 2010: 197).
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penysuaian diri dilihat dari konsep psikogenik. Psikogenik memandang bahwa
penyesuaian diri di pengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu terutama
pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis. Desmita (2009: 196), pengalaman
khusus ini lebih banyak berkaitan dengan
latar belakang kehidupan keluarga,
antara lain menyangkut sebagai berikut:
1.
Hubungan orangtua-anak
Merujuk pada
iklim hubungan sosial dalam keluarga, apakah hubungan tersebut bersifat
demokratis atau otoriter.
2.
Iklim intelektual keluarga
Merujuk pada sejauhmana
iklim keluarga memberikan kemudahan bagi perkemmabangn intelektual ank,
pekembangan berfikir logi atau irasional.
3.
Iklim emosional
keluarga
Merujuk pada
sejauhmana stabilitas
hubungan dan komunikasi di dalam keluarga
terjadi.
Sementara itu dilihat dari
konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga
sosial dimana individu terlibat didalamnya, (Desmita, 2009: 197), antara lain sebagai berikut:
1. Hubungan guru dengan siswa
Merujuk
pada iklim hunbungan sosial dalam sekolah.
2. Iklim inteletual sekolah
Merujuk
pada sejauhmana perlakuan guru terhadap siswa dalam memberikan kemudahan bagi
perkembangan intelektual siswa sehingga tumbuh perasaan kompeten.
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan:
Ada hubungan positif antara
kemandirian dan penyesuaian diri dalam proses pembelajaran di suatu lingkungan
pendidikan. Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan
diri, maka penyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan memerlukan proses yang cukup unik. Proses penyesuaian diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
(1) hubungan orangtua-anak (2) iklim intelektual keluarga (3) iklim emosional
keluarga. Dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor
iklim lembaga sosial dalam lingkungan pendidikan (1) hubungan guru dengan siswa
(2) iklim intelektual sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustiana, Hendriati.2009.Psikologi Perkembangan.Bandung:Refika Aditama
Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Rosdakarya
Ghufron Nur, dan Rini Risnawita.2010.Teori-Teori Psikologi.Jogjakarta:Ar- Ruzz Media
Hartinah,
Hj Sitti.2008.Pengembangan Peserta Didik.Bandung:Refika
Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar mengenai postingan saya ini..!?!