Selasa, 04 Mei 2010
deskripsi tanaman gaharu
1. 1. Aquilaria beccariana
Nama daerah: Gaharu, merkaras, puti, gumbil minyak.
Status kelangkaan: Rawan. Pohon jenis ini banyak dicari dan ditebang karena resin gaharu yang dihasilkan harganya sangat mahal. Populasi alami sangat menurun drastis. Ekspor kayu gaharu dibatasi oleh kuota.
Deskripsi: Pohon besar, tinggi 40 m, diameter 60 cm. Batang berkulit tipis, kelabu putih, berserat panjang yang sangat kuat sehingga sering dimanfaatkan untuk tali. Daun bundar telur-elips melebar, tipis. Perbungaan pada ketiak daun. Bunga berupa tabung memanjang sekitar 1 cm. Buah berupa gelendong, gepeng, dan menyempit di kedua ujungnya, berkulit tipis, dan mengandung 2 biji.
Sebaran: Kalimantan, Sumatera
Tempat tumbuh: Hutan dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl.
Pembudidayaan: Sudah dibudidayakan, tetapi dalam skala kecil.
2. Aquilaria cumingianaNama daerah: Gaharu (Ind)
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 15-20 m, berdiameter 40 cm. Batang berkulit kelabu, berserat panjang
sehingga dapat dipakai untuk tali. Daun berseling, elips, panjang 4-10 cm, lebar 2,5-4 cm, basal menyempit, ujung lancip, urat daun lateral berjumlah 12 pasang, tampak jelas pada permukaan bawah daun. Perbungaan pada batang, memayung, jumlahnya sangat banyak. Bunga berupa tabung, warna hijau, panjang sekitar 5 mm, dan berbulu rapat. Buah bulat telur, warna hijau berubah kuning pada waktu matang, berukuran sekitar 1,5-2 cm. Biji 2 buah.
Sebaran: Indonesia bagian timur, Sulawesi
Tempat tumbuh: Hutan tropika basah
Pembudidayaan: Belum dibudidayakan
3. Aquilaria filaria.
Nama daerah: Age (Sorong), bokuin (Morotai), lason (Seram)
Status kelangkaan: Genting
Deskripsi: Pohon setinggi 20 m dan berdiameter 50 cm. Batang berkulit kelabu, tipis, dan berserat panjang, kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk tali. Daun berseling, licin, jorong atau elips hingga lanset, panjang 10-20 cm, lebar 3-6 cm, ujung luncip. Perbungaan pada ketiak daun, jumlah 3-7 bunga, memayung. Bunga berupa corong dengan 5 cuping tumpul, warna hijau kekuningan atau putih, 5-6 mm, bakal buah berbulu halus rapat. Buah bundar telur berlekuk 4, warna kekuningan, licin, panjang 1,5-2 cm. Biji 2 buah.
Sebaran: Indonesia bagian timur, Maluku, dan Papua.
Tempat tumbuh: Hutan tropika basah
Pembudidayaan: Sudah dibudidayakan
4. Aquilaria hirta
Nama daerah: Karas
Status kelangkaan : Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 15 m dan berdiameter 17 cm. Batang tegak, kelabu, berkulit tipis dengan serat panjang dan kuat, ranting berbulu halus rapat. Daun berseling, bundar telur melebar, mirip daun A. beccariana, bagian bawah daun berurat jelas, berbulu tebal rapat, ujung luncip, berukuran panjang 15-16 cm, lebar 8-10 cm. Perbungaan di ketiak daun dekat ujung ranting, memayung. Bunga mekar tidak beraturan, mahkota berupa tabung 1 cm, berbulu rapat, warna gading. Buah gepeng, berupa gelendong, berbulu rapat halus putih, kulit buah tipis, berukuran panjang 2 cm.
Sebaran: Semenajung Malaysia, Sumatera
Tempat tumbuh: Hutan dataran rendah
Pembudidayaan: Belum dilakukan.
5. Aquilaria malaccensis
Nama daerah: Kayu karas, gaharu (Indonesia), calabac, karas, kekaras, mengkaras (Dayak), galoop (Melayu), halim (Lampung), alim (Batak), kareh (Minang).
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 40 m dan berdiameter 60 cm. Daun berseling, elips oblong hingga lanset oblong, ukuran 7,5-12 cm x 2-5 cm. Urat daun bagian bawah berbulu halus jelas. Perbungaan muncul di ketiak daun berbentuk malai dan memayung. Bunga berkelopak tabung, ukuran 5-6 mm, cuping 5, membundar. Buah bulat telur dengan bagian basal lebih lonjong, ukuran 2-3 cm, daging buah tebal, jumlah biji 1-2 buah.
Tempat tumbuh: Hutan primer tropika dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl,
Sebaran: India, Indocina, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sarawak, dan Filipina
Pembudidayaan: Penanaman di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Juga di Riau (Pekanbaru), Jambi (Sorolangun Bangko), Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bogor), dan Banten.
6. Aquilaria microcarpa
Nama daerah: Gaharu, karas (Ind), mengkaras (Malaysia), hepang (Bangka), engkaras (Dayak)
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 40 m, berdiameter 80 cm. Batang berkulit kelabu, berserat panjang sehingga dapat dipakai untuk tali. Daun berseling, elips, panjang 4-10 cm, lebar 1,5-5 cm, basal menyempit, ujung lancip hingga meluncip, urat daun lateral berjumlah 12-19 pasang, nampak jelas pada permukaan bawah daun. Perbungaan di ketiak atas daun, memayung, jumlah 6-11 bunga. Bunga berupa tabung, warna putih kekuningan, panjang sekitar 5 mm, berbulu rapat. Buah bulat lonjong, hijau licin berukuran sekitar 1-1,5 cm. Biji 2 buah.
Sebaran: Sumatera (Bangka, Belitung, Bengkulu, Jambi, Palembang, Riau), Kalimantan, dan Malaysia.
Tempat tumbuh: Hutan tropis basah dataran rendah hingga ketinggian 200 m.
Pembudidayaan: Dibudidayakan di Jambi, Palembang, dan Riau.
7. Gyrinops versteegiiNama daerah: Ketimunan (Lombok), ruhuwama (Sumba), seke (Flores)
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon tinggi hingga 25 m, diameter 40 cm. Daun elips memanjang, urat daun lateral sejajar, berukuran 10-20 cm, lebar 2-3 cm, hijau licin. Perbungaan terminal mendukung 6-8 bunga. Bunga berupa tabung, berukuran sekitar 3,5 mm, warna putih kotor kehijauan, benangsari berjumlah 5. Buah bulat telur berukuran 1 cm, biji satu buah.
Sebaran: Lombok, Sumbawa, Sumba, Maluku, dan Papua.
Tempat tumbuh: Hutan dataran rendah di Indonesia bagian timur
Pembudidayaan: Di Lombok, NTB. (Dr Harry Wiriadinata, ahli botani taksonomi Puslit Biologi LIPI)
Nama daerah: Gaharu, merkaras, puti, gumbil minyak.
Status kelangkaan: Rawan. Pohon jenis ini banyak dicari dan ditebang karena resin gaharu yang dihasilkan harganya sangat mahal. Populasi alami sangat menurun drastis. Ekspor kayu gaharu dibatasi oleh kuota.
Deskripsi: Pohon besar, tinggi 40 m, diameter 60 cm. Batang berkulit tipis, kelabu putih, berserat panjang yang sangat kuat sehingga sering dimanfaatkan untuk tali. Daun bundar telur-elips melebar, tipis. Perbungaan pada ketiak daun. Bunga berupa tabung memanjang sekitar 1 cm. Buah berupa gelendong, gepeng, dan menyempit di kedua ujungnya, berkulit tipis, dan mengandung 2 biji.
Sebaran: Kalimantan, Sumatera
Tempat tumbuh: Hutan dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl.
Pembudidayaan: Sudah dibudidayakan, tetapi dalam skala kecil.
2. Aquilaria cumingianaNama daerah: Gaharu (Ind)
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 15-20 m, berdiameter 40 cm. Batang berkulit kelabu, berserat panjang
sehingga dapat dipakai untuk tali. Daun berseling, elips, panjang 4-10 cm, lebar 2,5-4 cm, basal menyempit, ujung lancip, urat daun lateral berjumlah 12 pasang, tampak jelas pada permukaan bawah daun. Perbungaan pada batang, memayung, jumlahnya sangat banyak. Bunga berupa tabung, warna hijau, panjang sekitar 5 mm, dan berbulu rapat. Buah bulat telur, warna hijau berubah kuning pada waktu matang, berukuran sekitar 1,5-2 cm. Biji 2 buah.
Sebaran: Indonesia bagian timur, Sulawesi
Tempat tumbuh: Hutan tropika basah
Pembudidayaan: Belum dibudidayakan
3. Aquilaria filaria.
Nama daerah: Age (Sorong), bokuin (Morotai), lason (Seram)
Status kelangkaan: Genting
Deskripsi: Pohon setinggi 20 m dan berdiameter 50 cm. Batang berkulit kelabu, tipis, dan berserat panjang, kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk tali. Daun berseling, licin, jorong atau elips hingga lanset, panjang 10-20 cm, lebar 3-6 cm, ujung luncip. Perbungaan pada ketiak daun, jumlah 3-7 bunga, memayung. Bunga berupa corong dengan 5 cuping tumpul, warna hijau kekuningan atau putih, 5-6 mm, bakal buah berbulu halus rapat. Buah bundar telur berlekuk 4, warna kekuningan, licin, panjang 1,5-2 cm. Biji 2 buah.
Sebaran: Indonesia bagian timur, Maluku, dan Papua.
Tempat tumbuh: Hutan tropika basah
Pembudidayaan: Sudah dibudidayakan
4. Aquilaria hirta
Nama daerah: Karas
Status kelangkaan : Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 15 m dan berdiameter 17 cm. Batang tegak, kelabu, berkulit tipis dengan serat panjang dan kuat, ranting berbulu halus rapat. Daun berseling, bundar telur melebar, mirip daun A. beccariana, bagian bawah daun berurat jelas, berbulu tebal rapat, ujung luncip, berukuran panjang 15-16 cm, lebar 8-10 cm. Perbungaan di ketiak daun dekat ujung ranting, memayung. Bunga mekar tidak beraturan, mahkota berupa tabung 1 cm, berbulu rapat, warna gading. Buah gepeng, berupa gelendong, berbulu rapat halus putih, kulit buah tipis, berukuran panjang 2 cm.
Sebaran: Semenajung Malaysia, Sumatera
Tempat tumbuh: Hutan dataran rendah
Pembudidayaan: Belum dilakukan.
5. Aquilaria malaccensis
Nama daerah: Kayu karas, gaharu (Indonesia), calabac, karas, kekaras, mengkaras (Dayak), galoop (Melayu), halim (Lampung), alim (Batak), kareh (Minang).
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 40 m dan berdiameter 60 cm. Daun berseling, elips oblong hingga lanset oblong, ukuran 7,5-12 cm x 2-5 cm. Urat daun bagian bawah berbulu halus jelas. Perbungaan muncul di ketiak daun berbentuk malai dan memayung. Bunga berkelopak tabung, ukuran 5-6 mm, cuping 5, membundar. Buah bulat telur dengan bagian basal lebih lonjong, ukuran 2-3 cm, daging buah tebal, jumlah biji 1-2 buah.
Tempat tumbuh: Hutan primer tropika dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl,
Sebaran: India, Indocina, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sarawak, dan Filipina
Pembudidayaan: Penanaman di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Juga di Riau (Pekanbaru), Jambi (Sorolangun Bangko), Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bogor), dan Banten.
6. Aquilaria microcarpa
Nama daerah: Gaharu, karas (Ind), mengkaras (Malaysia), hepang (Bangka), engkaras (Dayak)
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon setinggi 40 m, berdiameter 80 cm. Batang berkulit kelabu, berserat panjang sehingga dapat dipakai untuk tali. Daun berseling, elips, panjang 4-10 cm, lebar 1,5-5 cm, basal menyempit, ujung lancip hingga meluncip, urat daun lateral berjumlah 12-19 pasang, nampak jelas pada permukaan bawah daun. Perbungaan di ketiak atas daun, memayung, jumlah 6-11 bunga. Bunga berupa tabung, warna putih kekuningan, panjang sekitar 5 mm, berbulu rapat. Buah bulat lonjong, hijau licin berukuran sekitar 1-1,5 cm. Biji 2 buah.
Sebaran: Sumatera (Bangka, Belitung, Bengkulu, Jambi, Palembang, Riau), Kalimantan, dan Malaysia.
Tempat tumbuh: Hutan tropis basah dataran rendah hingga ketinggian 200 m.
Pembudidayaan: Dibudidayakan di Jambi, Palembang, dan Riau.
7. Gyrinops versteegiiNama daerah: Ketimunan (Lombok), ruhuwama (Sumba), seke (Flores)
Status kelangkaan: Rawan
Deskripsi: Pohon tinggi hingga 25 m, diameter 40 cm. Daun elips memanjang, urat daun lateral sejajar, berukuran 10-20 cm, lebar 2-3 cm, hijau licin. Perbungaan terminal mendukung 6-8 bunga. Bunga berupa tabung, berukuran sekitar 3,5 mm, warna putih kotor kehijauan, benangsari berjumlah 5. Buah bulat telur berukuran 1 cm, biji satu buah.
Sebaran: Lombok, Sumbawa, Sumba, Maluku, dan Papua.
Tempat tumbuh: Hutan dataran rendah di Indonesia bagian timur
Pembudidayaan: Di Lombok, NTB. (Dr Harry Wiriadinata, ahli botani taksonomi Puslit Biologi LIPI)
deskripsi tanaman
1.keben (barringtonia speciosa)Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lecythidales
Family : Lechythidaceae
Genus : Barringtonia
Species : Barringtonia asiatica Kurz
Nama Daerah :
Jawa : Keben, songgom, putat laut, butun (Sunda);
keben (Jawa); keben-keben (Bali).
Sulawesi : Bitung, butun (Menado); butung; utong
(Alor); bitung tumbak, witung witung
(Minahasa); hutu (Gorontalo); wutuna (Buol);
hutun (Ambon); keptun (Halmahera Selatan);
mijiu, pitu, mijimu (Halmahera Utara); mojiu
(Ternate).
Sinonim :
Barringtonia speciosa J.R. Forster & J.G. Forster
Habitus
Keben merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu lunak memiliki
diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter.Tumbuh tegak dengan batang
tampak bekas tempelan daun yang besar.
Akar : tunggang/tunggal namun pada waktu kecil berakar serabut.
Batang : Kulit abu-abu merah muda, halus sampai kasar
dan kulit batangnya tebal di pohon-pohon tua
Daun : Daun membulat telur sungsang atau lonjong-membulat telur sungsang atau oval (panjang 20-
30cm), lilin dan agak berdaging. Daun muda mungkin agak merah muda zaitun dengan urat-urat
merah muda. Layu daun yang lebih tua kuning atau oranye pucat.)
Bunga : Perbungaan berbentuk tandan dan letaknya diujung, jarang di ketiak, kelopak bunga hijau seperti
tabung panjang, daun mahkota putih, menjorong, benang sari memerah di ujung, putik memerah
di ujung.
Buah : Buah besar (8-10cm) persegi, berserat dan mengandung satu biji. Buahnya membundar telur,
menirus ke ujung, menetragonal tajam ke pangkal yang mengggubang, bila muda berwarna hijau
setelah tua menjadi coklat.
Biji :
Berbentuk bundar
Sebaran :
Dunia Jenis tumbuhan pantai ini tumbuh tersebar dari Madagaskar, Sri Lanka, India, Burma
(Myanmar), Indo-Cina, kepulauan Andaman, Thailand, seluruh Malesia termasuk Indonesia dan
ke arah Australia Utara dan daerah Pasifik hingga Samoa dan kepulauan Society (Tahiti). Jenis
ini juga sudah ditanam di Africa Timur, Hawaii, dan Hindia Barat.
Manfaat :
Pohon mengandung racun yang disebut saponin, terkonsentrasi terutama di biji, tetapi juga ditemukan di bagian
lain. Di Indonesia, Filipina dan Indo-Cina, buah atau biji dipakai untuk racun ikan, sedangkan di Kepulauan
Bismarck, biji segar diparut dan dibubuhkan langsung pada pegal-pegal. Biji yang kering dihaluskan, dicampur air
dan diminum untuk batuk, flu, sakit dan radang tenggorokkan. Dibubuhkan secara eksternal pada luka atau limpa
yang bengkak setelah terserang malaria. Di Australia, suku Aborigin menggunakannya untuk racun ikan dan
kadang-kadang meredakan sakit kepala. Selain itu Bijinya digunakan untuk menyingkirkan cacing pita. jus dari biji
Barringtonia asiatica digunakan untuk kertas segel payung dan untuk membunuh kutu serta parasit eksternal
lainnya. daun yang dipanaskan digunakan di Filipina untuk mengobati rematik dan sakit perut.
Di Indo-Cina buah yang muda dimakan sebagai sayur setelah dimasak lama. Ditanam sebagai pohon peneduh di
sepanjang jalanan utama sepanjang laut.
Di Indonesia, Filipina dan Indo-Cina, buah atau biji dipakai untuk racun ikan, sedangkan di Kepulauan Bismarck, biji segar diparut dan dibubuhkan langsung pada pegal-pegal. Biji yang kering dihaluskan, dicampur air dan diminum untuk batuk, flu, sakit dan radang tenggorokkan. Dibubuhkan secara eksternal pada luka atau limpa yang bengkak setelah terserang malaria. Di Australia, suku Aborigin menggunakannya untuk racun ikan dan kadang-kadang meredakan sakit kepala. Di Indo-Cina buah yang muda dimakan sebagai sayur setelah dimasak lama. Ditanam sebagai pohon peneduh di sepanjang jalanan utama sepanjang laut.
Penelitian : Umum -. Johanes Pelamonia, 2009. Efek Toksik Bioinsektisida Ekstrak Etanol Biji Hutun (Barringtonia
asiatica Kurz.) terhadap Mortalitas Nyamuk Anopheles maculatus Serta Implikasinya dalam
Pembelajaran Masyarakat Di Kabupaten Maluku Tengah. (Tesis)Program Pascasarjana UM
-. Elmer-Bioactivity Study of Barringtonia asiatica (Linnaeus) Kurz. Seed
Aqueous Extract in Artemia salina International Journal of Botany >> Volume 3 Issue 3
-. M. R. Khan, 2001. Antibacterial, antifungal activities of Barringtonia asiaticaDepartment of
Applied Sciences, Papua New Guinea University of Technology, P.M.B. Lae, Papua New Guinea
-. Kuwat Wahyudi, Pengaruh zat ekstrak biji Keben (Barring tonia asiatica) sebagai bahan
pengawet kayu wadang (Pterospermum javanicum Jungh) terhadap serangan rayap kayu
kering., Undegraduate, April 2006 - Present
TNAP
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lecythidales
Family : Lechythidaceae
Genus : Barringtonia
Species : Barringtonia asiatica Kurz
Nama Daerah :
Jawa : Keben, songgom, putat laut, butun (Sunda);
keben (Jawa); keben-keben (Bali).
Sulawesi : Bitung, butun (Menado); butung; utong
(Alor); bitung tumbak, witung witung
(Minahasa); hutu (Gorontalo); wutuna (Buol);
hutun (Ambon); keptun (Halmahera Selatan);
mijiu, pitu, mijimu (Halmahera Utara); mojiu
(Ternate).
Sinonim :
Barringtonia speciosa J.R. Forster & J.G. Forster
Habitus
Keben merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu lunak memiliki
diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter.Tumbuh tegak dengan batang
tampak bekas tempelan daun yang besar.
Akar : tunggang/tunggal namun pada waktu kecil berakar serabut.
Batang : Kulit abu-abu merah muda, halus sampai kasar
dan kulit batangnya tebal di pohon-pohon tua
Daun : Daun membulat telur sungsang atau lonjong-membulat telur sungsang atau oval (panjang 20-
30cm), lilin dan agak berdaging. Daun muda mungkin agak merah muda zaitun dengan urat-urat
merah muda. Layu daun yang lebih tua kuning atau oranye pucat.)
Bunga : Perbungaan berbentuk tandan dan letaknya diujung, jarang di ketiak, kelopak bunga hijau seperti
tabung panjang, daun mahkota putih, menjorong, benang sari memerah di ujung, putik memerah
di ujung.
Buah : Buah besar (8-10cm) persegi, berserat dan mengandung satu biji. Buahnya membundar telur,
menirus ke ujung, menetragonal tajam ke pangkal yang mengggubang, bila muda berwarna hijau
setelah tua menjadi coklat.
Biji :
Berbentuk bundar
Sebaran :
Dunia Jenis tumbuhan pantai ini tumbuh tersebar dari Madagaskar, Sri Lanka, India, Burma
(Myanmar), Indo-Cina, kepulauan Andaman, Thailand, seluruh Malesia termasuk Indonesia dan
ke arah Australia Utara dan daerah Pasifik hingga Samoa dan kepulauan Society (Tahiti). Jenis
ini juga sudah ditanam di Africa Timur, Hawaii, dan Hindia Barat.
Manfaat :
Pohon mengandung racun yang disebut saponin, terkonsentrasi terutama di biji, tetapi juga ditemukan di bagian
lain. Di Indonesia, Filipina dan Indo-Cina, buah atau biji dipakai untuk racun ikan, sedangkan di Kepulauan
Bismarck, biji segar diparut dan dibubuhkan langsung pada pegal-pegal. Biji yang kering dihaluskan, dicampur air
dan diminum untuk batuk, flu, sakit dan radang tenggorokkan. Dibubuhkan secara eksternal pada luka atau limpa
yang bengkak setelah terserang malaria. Di Australia, suku Aborigin menggunakannya untuk racun ikan dan
kadang-kadang meredakan sakit kepala. Selain itu Bijinya digunakan untuk menyingkirkan cacing pita. jus dari biji
Barringtonia asiatica digunakan untuk kertas segel payung dan untuk membunuh kutu serta parasit eksternal
lainnya. daun yang dipanaskan digunakan di Filipina untuk mengobati rematik dan sakit perut.
Di Indo-Cina buah yang muda dimakan sebagai sayur setelah dimasak lama. Ditanam sebagai pohon peneduh di
sepanjang jalanan utama sepanjang laut.
Di Indonesia, Filipina dan Indo-Cina, buah atau biji dipakai untuk racun ikan, sedangkan di Kepulauan Bismarck, biji segar diparut dan dibubuhkan langsung pada pegal-pegal. Biji yang kering dihaluskan, dicampur air dan diminum untuk batuk, flu, sakit dan radang tenggorokkan. Dibubuhkan secara eksternal pada luka atau limpa yang bengkak setelah terserang malaria. Di Australia, suku Aborigin menggunakannya untuk racun ikan dan kadang-kadang meredakan sakit kepala. Di Indo-Cina buah yang muda dimakan sebagai sayur setelah dimasak lama. Ditanam sebagai pohon peneduh di sepanjang jalanan utama sepanjang laut.
Penelitian : Umum -. Johanes Pelamonia, 2009. Efek Toksik Bioinsektisida Ekstrak Etanol Biji Hutun (Barringtonia
asiatica Kurz.) terhadap Mortalitas Nyamuk Anopheles maculatus Serta Implikasinya dalam
Pembelajaran Masyarakat Di Kabupaten Maluku Tengah. (Tesis)Program Pascasarjana UM
-. Elmer-Bioactivity Study of Barringtonia asiatica (Linnaeus) Kurz. Seed
Aqueous Extract in Artemia salina International Journal of Botany >> Volume 3 Issue 3
-. M. R. Khan, 2001. Antibacterial, antifungal activities of Barringtonia asiaticaDepartment of
Applied Sciences, Papua New Guinea University of Technology, P.M.B. Lae, Papua New Guinea
-. Kuwat Wahyudi, Pengaruh zat ekstrak biji Keben (Barring tonia asiatica) sebagai bahan
pengawet kayu wadang (Pterospermum javanicum Jungh) terhadap serangan rayap kayu
kering., Undegraduate, April 2006 - Present
TNAP
Langganan:
Postingan (Atom)