Pembangunan Piramida dan Candi Borobudur
Dibantu Makhluk Angkasa Luar?
Banyak orang telah mengenal
piramida. Piramida adalah bangunan modern pada masa purba yang terdapat di
Mesir. Bangunan ini disusun bertingkat, makin ke atas makin kecil. Piramida
terdiri atas ribuan bongkahan batu. Tiap batu mempunyai berat sekitar dua ton.
Diperkirakan berat sebuah piramida mencapai jutaan ton. Bila dideretkan maka
panjang batu pada piramida Cheops, piramida terbesar di Mesir, melebihi panjang
pantai Amerika dari utara ke selatan.
Bagaimana membuat piramida, berapa lama waktu untuk menyelesaikannya, dan
berapa banyak orang yang mengerjakannya? Sejak lama para pakar masih belum bisa
memberikan jawaban memuaskan. Hanya sebagian misteri yang berhasil diungkapkan,
antara lain oleh arkeolog Inggris Howard Carter terhadap makam Tutankhamen di
dalam sebuah piramida.
Carter dan tim ekspedisinya menemukan terowongan berikut tangga yang tersusun
rapi dan sejumlah catatan tertulis. Di dalam terowongan itu terdapat makam raja
dan keluarganya yang mayatnya sudah diawetkan (mumi). Perhiasan emas, prasasti
yang berisi kutukan, dan gambar dinding. Perlu waktu puluhan tahun untuk
melakukan ekskavasi di sini.
Eksperimen
Banyak pakar
menduga piramida dibangun dari bagian bawah terus ke atas. Tangga naik, untuk
meletakkan batu-batu di atasnya, menggunakan punggung bukit. Setelah bagian
tertinggi rampung, maka bukit tersebut dipangkas habis. Dengan demikian yang
tersisa hanyalah piramida.
Yang masih sukar diperkirakan adalah bagaimana membawa batu seberat dua ton ke
atas. Kalau dengan kerekan, berapa besar kerekannya? Kalau dengan batang pohon,
bagaimana menggelindingkan batu yang demikian berat itu? Masalahnya, salah
perhitungan sedikit saja, nyawa terancam melayang. lni karena bentuk piramida
Mesir sangat landai, tidak berundak sebagaimana piramida Amerika Selatan.
Ditafsirkan, piramida dikerjakan selama berpuluh-puluh tahun. Bahan bangunan
kemungkinan besar berasal dari sepanjang sungai Nil dan daerah-daerah di
sekitar tempat piramida berdiri.
Beberapa tahun lalu pakar-pakar Jepang, Prancis, dan negara-negara maju pemah
melakukan eksperimen untuk membuat piramida tiruan. Mereka menggunakan
alat-alat berat dan alat-alat modern, termasuk helikopter sebagai alat
pengangkut batu.
Pada tahap pertama. mereka mengawalinya dari bagian bawah. Ternyata pembangunan
piramida tidak rampung. Begitu pula ketika dimulai dari bagian atas.
Mengapa teknologi masa kini tidak mampu menyaingi teknologi purba? Benarkah
pekerja-pekerja Mesir dulu dibantu tenaga gaib para jin dan dewa sehingga
berhasil mendirikan bangunan supermonumental itu?
Piramida Mesir tidak dibuat sembarangan. Ada
kaidah-kaidah tertentu yang harus ditaati. Pada bagian atas piramida terdapat sebuah lubang. Lubang ini
menghadap ke arah matahari terbit. Hal ini tentu dimaklumi karena bangsa Mesir
purba menganggap dewa Ra (Matahari) sebagai dewa tertinggi. Uniknya, bila
bentuk piramida direbahkan ke atas tanah, maka sudut-sudutnya tepat berada di
garis lingkaran. Dengan adanya bentuk demikian disimpulkan bahwa pembangunan
piramida direncanakan dengan teliti. Apalagi
bayangan matahari pada piramida tadi menunjukkan musim-musim yang ada di tanah
Mesir.
Menurut sejumlah ahli Egyptotogi (pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan
Mesir), makna simbolis pada piramida begitu besar. Tulisan-tulisan hieroglif
menyiratkan ada unsur magis pada bangunan itu.
Candi Borobudur
Tahun 1930-an
W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap Candi Borobudur.
Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan bahwa Candi Borobudur
bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan sebagai bunga teratai yang
mengapung di atas danau. Danau yang sekarang sudah kering sama sekali, dulu
meliputi sebagian dari daerah dataran Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu memang memberi kesan
adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi Borobudur.
Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat
bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung
berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan dua sungai
dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah candi.
Candi Borobudur didirikan dekat pertemuan Sungai Eto dan Progo di dataran Kedu.
Tanpa bantuan peta sulit bagi kita sekarang untuk mengenali kedua sungai itu.
Untuk menentukan lokasi candi mutlak diperlukan pengetahuan geografi dan
topografi yang benar-benar handal. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah
memiliki pengetahuan seperti itu.
Bangunan Candi Borobudur dianggap benar-benar luar biasa. Bahan dasarnya adalah
batuan yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya. Sebuah batu beratnya ratusan
kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak digunakan semen. Antarbatu
hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan belakang-depan.
Yang mengagumkan, bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur dan
arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur
terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon. Ternyata Borobudur, Mendut,
dan Pawon jika ditarik garis khayat, berada dalam satu garis lurus. Maka
kemudian orang mereka-reka bahwa pembangunan Candi Borobudur juga dibantu para
jin, dewa, dan ”orang pintar” lainnya.
Angkasa Luar
Tahun 1970-an
muncul Erich von Daniken, seorang pengarang fiksi ilmiah (science fiction),
yang bukunya sangat populer. Beberapa karyanya seperti Kereta Perang Para Dewa,
Kembalinya Bintang-Bintang, Emas Para Dewa, Mencari Dewa-Dewa Kuno, dan
Mukjizat Para Dewa berhasil membius jutaan pembacanya dengan khayalan yang
sulit dipercaya namun dapat juga dicerna akal sehat.
Di dataran tinggi Nazca (Peru),
demikian awal kisah, terdapat sebuah lajur tanah rata yang panjangnya lebih
dari 50 kilometer. Para arkeolog
menafsirkannya sebagai ”jalan raya bikinan bangsa Inca”. Namun von Daniken
menganggapnya sebagai ”landasan bandar udara untuk melayani penerbangan
antarbintang”, apalagi dia berhasil mengaitkannya dengan sejumlah temuan
arkeologi.
Dengan imajinasinya von Daniken mengatakan pasti ada planet lain yang dihuni oleh
makhluk sejenis manusia. Penghuni planet itu adalah makhluk-makhluk yang
kecerdasan otak dan peradabannya melebihi manusia biasa. Berpuluh-puluh ribu
tahun yang lalu makhluk-makhluk ini berkunjung ke bumi mengendarai wahana
antariksa yang dapat mengarung angkasa dengan kecepatan supertinggi. Ternyata
khayalan von Daniken didukung oleh berbagai tinggalan arkeologi.
Pada sebuah peta dari Istana Topkapi di Turki, tergambar benua Amerika dan
Afrika dengan di bawahnya daratan Antartika di kutub selatan. Penggambaran peta
demikian hanya mungkin dilakukan melalui pemotretan dari jarak jauh di angkasa.
Bila dicermati peta kuno itu sama benar dengan peta bikinan Angkatan Udara AS
hasil proyeksi sama jarak dari titik tolak di Mesir.
Di Val Camonica (Italia) dan di Tassili (Gurun Sahara) terdapat lukisan dinding
yang menggambarkan orang berpakaian seperti astronot zaman sekarang, lengkap
dengan baju tebal dan helm. Bahkan helmnya menutupi seluruh kepala dan
dilengkapi antena. Kalau begitu benarkah dulu pemah terjadi penerbangan angkasa
luar yang dilakukan makhluk dari planet lain ke bumi?
Dalam perkembangannya makhluk dari angkasa luar itu berubah wujud menjadi tokoh
dewa, sering dipuja masyarakat purba. Adanya dewa tergambar jelas dari mitologi
dan berbagai kitab keagamaan di pusat-pusat kebudayaan kuno, seperti di Maya,
Inca, Mesopotamia, India,
Mesir, Yunani, Romawi, dan Indonesia.
Dalam mitologi dan kitab keagamaan digambarkan para dewa bersemayam jauh di
atas sana dan
sewaktu-waktu dapat berkunjung ke bumi, baik dengan terbang secara langsung
maupun menggunakan wahana antariksa.
Sampai kini kita belum dapat memberikan jawaban yang pasti apakah pembangunan
piramida dan Candi Borobudur memang benar-benar dibantu makhluk dari angkasa
luar ataukah keterampilan bangsa sekarang masih minim. Teori siapakah yang
harus kita ikuti, teori von Daniken yang imajinatif dan bobot ilmiahnya kurang
meyakinkan ataukah teori para arkeolog yang saintifik? Sayang teori yang
saintifik itu masih misteri seperti halnya misteri yang masih menyelimuti
piramida dan Candi Borobudur. (*)
Misteri
Piramida Mesir
Piramida raksasa Mesir
merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang
sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun
telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan
sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui,
siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah
itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat
dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan
tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa
artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan
tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan.
Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun
pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang
diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.
Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi
Sejak abad ke-6 SM, Mesir
merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah
berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu
kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu
sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan
agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain,
sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan
juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang
ditinggalkan oleh para pendahulu.
Tahun 450 SM, setelah seorang
sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur
setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan
kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu
dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah
menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida
didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
Selama ini, para sejarawan
menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan demikian, begitu
membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa disadari adalah
perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika
gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan,
pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan
tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat
kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama
mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun
tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada penutupnya.
Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada sedikit pun
ukiran tulisan.
Kesimpulan para sejarawan
terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah "mengalami
perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil penyelidikan nyata
menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida melalui jalan lainnya
adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak
mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak
mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok.
Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi perhiasan-perhiasan dan
harta karun yang berlimpah ruah, piramida raksasa yang dibangun untuk
memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat berbeda.
Selain itu, dalam catatan
"Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum Kairo, pernah
disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu meneruskan takhta
kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti tersebut secara keras
menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para
ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai
penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa
diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti
sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif dalam memandang
kedudukan sejarah yang sebenarnya.
Teknik Bangunan yang Luar Biasa
Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran,
standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya
piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak
dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure
seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang
lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian
batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang
oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat.
Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana
menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan
konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan
seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.
Lagi pula, bagaimanakah proyek
bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat
pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga
yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di
bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya
miring dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin
menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya,
merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3
juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari
permukaan tanah hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan
dipasang dari awal sampai akhir pada posisi yang tepat.
Seperti yang dikatakan oleh
pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari Tuhan": Di
tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga keseimbangan
tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang paling tidak
beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang tepat, dan
mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja
pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah memperkirakan
berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun, namun jika
dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa orang-orang
tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang melebihi manusia
biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta memastikan
keakuratan maupun ketepatan presisinya.
Terhadap hal ini, Jean Francois
Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak Pengetahuan Mesir Kuno
Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak
dalam "pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya
sama seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan
piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.
Senada dengan itu, Master Li
Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah
menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat memahami bagaimana
piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia mengangkutnya?
Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan
manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida
itu, manusia setinggi lima
meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar."
Pemikiran demikian mau tidak
mau membuat kita membayangkan, bahwa piramida raksasa dan sejumlah besar
bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru dunia telah
mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar dan megah,
terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan
penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico
ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi
100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28
kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil
keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa,
dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara
beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang
bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak
menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?
Sphinx, singa bermuka manusia
yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter,
panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu
Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan
Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal,
paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.
Seorang sarjana John Washeth
juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx
dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun
pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya
"Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir
mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari
budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding
Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini,
selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang
ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah
membuktikan hal ini.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich
dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM,
Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx
telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas
sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun
11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.
Perkiraan erosi lainnya pada
Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air
hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan
selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru
ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan
tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4
malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti
yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami
erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.
Profesor Universitas Boston,
dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth
sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang
kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari
sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami
tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.
Washeth dan Robert S. juga
menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala
yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya
rumit.
Jika diamati secara
keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di
atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena
adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya
yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida
dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.
Dalam jangka waktu yang panjang
di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan
pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab langsung yang
mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan bangunan piramida
raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak diketahui orang
sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu alam, sedangkan
Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air
laut yang tidak tampak dari permukaan.
Keterangan gambar: Sphinx yang
bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan
irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang
lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada
sebelum 10 ribu tahun silam. (Lisensi gambar: Xu Xiaoqian)
Sumber: Inspiration Civilization Prehistoric for Mankind
Menyingkap peradaban prasejarah: Siapa yang membuat Piramida?
Ditinjau dari bekas erosi di
permukaan Sphinx (patung manusia berbadan singa), sarjana memperkirakan bahwa
masa pembangunannya mungkin lebih awal dari perkiraan saat ini, paling tidak ia
sudah terbentuk pada 10000 tahun silam SM.
(Erabaru.or.id) - Piramida Mesir, tinggi 146 m, panjang masing-masing di sisi
bawah di sekelilingnya 230 m, dengan areal 52.900 meter persegi, total terdapat
2.3 juta buah batuan. Menurut pandangan umum, piramida dibangun dinasti ke-4
sekitar tahun 2.000 SM, yang dibangun oleh Raja Cheops/Khufu. Namun karena
kurangnya data sejarah, para sejarawan angkatan berikutnya baru menarik
kesimpulan ini dari legenda dan petunjuk terkait. Adapun mengenai bagaimana
membangun mega proyek ini? Siapa gerangan yang memilki inteligensi tinggi ini?
Dan apa maksud dari pembuatan bangunan ini dan teka teki lain yang sampai
sekarang masih belum terpecahkan.
Bukan makam
raja Firaun?
Pada umumnya para
sejarawan berpendapat bahwa piramida mempunyai hubungan erat dengan makam
Firaun. Sebab piramida tersebut menyimpan suatu “kekuatan” yang ganjil. Dapat
membuat mayat dengan cepat dehidrasi, mempercepat proses menjadi “fosil mumi”.
Namun pada tahun 820 M, Gubernur Jenderal muslim Kairo yakni Caliph Al-Ma’mun
memimpin pasukan, dan untuk pertama kalinya menggali terowongan masuk ke
piramida. Namun pemandangan yang tampak di dalamnya ternyata hanya sebuah ruang
yang sangat sederhana, tidak ada barang-barang atau perhiasan maupun arca yang
dikubur bersama si mati, bahkan juga tidak ditemukan adanya potongan apapun. Di
dalam ruangan yang dinamakan “istana raja” hanya tampak sebuah kotak batu
berbentuk peti tanpa tutup dan tidak ada isinya. Begitu juga dengan temboknya, tampak kosong tidak ada sedikitpun
dihiasi dengan tulisan apapun.
Angka bangunan
memperlihatkan keakuratan yang mengagumkan.
Pada akhir tahun 1880 silam, bapak arsitektur modern yakni William F menuturkan
bahwa yang paling menakjubkan dari piramida ini adalah posisinya. Sebab
tiap-tiap garis sisinya dengan begitu akurat mengarah pada tenggara barat laut.
Bukan saja teknik pengamatan yang begitu akurat, yang lebih mengagumkan lagi
adalah pembuat bangunan di luar dugaan bisa menjaga keakuratan super tinggi di
atas bangunan yang maha besar ini.
Selain itu, keakuratan tarafnya juga sangat mengagumkan. Sebab toleransinya
hanya 1.5 inci (±3.8 cm), meski bangunan modern sekalipun juga sulit menyamainya.
Ilmuwan memperkirakan bahwa jika hendak mencapai taraf teknik tinggi seperti
bangunan piramida yang maha besar ini sedikitnya butuh evolusi ribuan tahun.
Namun setelah memeriksa catatan sejarah Mesir, tidak ditemukan adanya catatan
tentang perkembangan teknik demikian.
Tekhnologi yang luar biasa dengan kecerdasan yang hebat
Mekanika pembangunan piramida luar biasa cerdik. Bentuk kerucutnya bukan di
tata secara langsung dengan 2 juta lebih batuan. Seandainya pembangunannya
demikian sederhana, jika sebagian di dalamnya roboh, maka seluruh bangunan itu
akan ambruk karena terlalu berat. Yang menopang piramida, adalah konstruksi
yang mirip dengan lingkaran tahunan pohon, yaitu dibentuk dari lapisan batu
yang disumbat ke celanya dan konstruksi kokoh yang disebut tembok penopang.
Konstruksi ini hanya menyebabkan sebagian kecil batuan di sisi luar ambruk
ketika terjadi gempa dahsyat pada abad ke-13, sedangkan keseluruhan strukturnya
sedikitpun tidak terpengaruh. Namun secara perbandingan strukturnya sangat
kasar dibandingkan piramida yang dibangun pada dinasti kerajaan ke-3 atau
piramida lainnya yang dibangun pada masa dinasti kerajaan ke-4 atau 5, bahkan
banyak yang sudah hancur sama sekali.
Lagipula, bagaimana pada ketinggian 100 meter lebih dari permukaan tanah,
menata 2.3-2.6 juta batu-batu besar yang beratnya rata-rata 2.5 ton itu
dipasang pada posisi yang begitu akurat inilah yang sulit dipahami. Para sarjana Mesir secara berturut-turut memperkirakan
lebih dari 30 macam metode pembangunannya. Namun menurut sarjana bernama Graham
Hancock yang pernah mendaki piramida bahwa menurut metode pembangunan yang
diumpamakan saat ini kemungkinan itu kecil. Menurutnya “Di tempat yang tinggi
menjulang. Di satu sisi harus menjaga keseimbangan, sisi lainnya harus
mengangkut dari bawah ke atas, satu demi satu batu tersebut yang beratnya
paling tidak 2 kali lipat beratnya mobil sekarang. Dan dibawa ke tempat juga
sekaligus mengarahkannya ke posisi yang tepat. Belum dapat dimengerti bagaimana
pemikiran tukang-tukang batu ini ketika itu.”
Batu raksasa yang digunakan membangun piramida kala itu, dipadukan dengan
pengukuran yang tepat akurat, teknik pembangunan yang akurat, jika di lakukan
dengan metode yang diperkirakan sekarang, jelas itu adala mimpi buruk bagi
pekerja dan pengurus lapangan. Ditilik dari kecerdasan yang ditunjukkan
piramida, Hancock memperkirakan bahwa metode pembangunan oleh pembangun zaman
dulu mungkin melampaui imajinasi kita. Jean-Francois Champollion yang mempunyai
sebutan sebagai bapak ilmu Mesir Kuno modern melukiskan arsitek-arsitek zaman
dulu: “Pemikiran mereka masih lebih tinggi bagaikan manusia raksasa setinggi
100 kaki.”
Karena terdapat sejumlah besar tanda tanya pada pandangan tradisional, ditambah
lagi dengan sulitnya menemukan catatan sejarah, ilmuwan modern mengemukakan
pandangan peradaban prasejarah yang menantang dengan metode secara geologi,
klimatologi kuno dan metode lain meneliti tempat bersejarah di atas dataran
tinggi tersebut.
Masa nan panjang, piramida yang berdiri tegak di Mesir telah membuktikan
kecemerlangan akan peradaban manusia kala itu.
Prakiraan peradaban prasejarah
Sphinx juga
merupakan inti penelitian para sarjana. Tingginya 20 m, panjang total 73 m, dianggap
sebagai bangunan yang didirikan raja Firaun Kafre dari dinasti kerajaan ke-4.
namun, dari bekas erosi di permukaan patung manusia berbadan singa tersebut,
baru-baru ini ilmuwan mempekirakan bahwa masa pembangunannya besar kemungkinan
lebih awal dari perkiraan sebelumnya, diperkirakan 10.000 tahun silam SM.
Dalam “ilmu pengetahuan kudus” matematikawan Swalle Rubich menyebutkan, pada
sebagian badan Singa Sphinx tersebut jelas terdapat bekas kikisan air, ia
menduga bahwa itu adalah akibat hujan lebat secara beruntun dan banjir dahsyat
pada tahun 11.000 SM.
Sarjana lainnya yakni John Westheth juga menyatakan pendapat yang sama seperi
di atas, dan menyangkal pandangan bahwa itu adalah akibat pengikisan
angin. Sebab jika pengikisan oleh angin, maka bangunan dari batu kapur lainnya
pada masa yang sama semestinya juga mengalami pengikisan yang sama, akan
tetapi, kami mendapati di antara bangunan yang tersisa tidak ada satu pun
pengikisan yang demikian parah seperti patung bermuka manusia ber badan Singa tersebut.
Profesor geologi dari Universitas Boston dan ahli dalam bidang erosi batuan
yakni Roberto Sewski juga menyetujui pandangan Westheth, dan mengatakan bahwa
pengikisan yang dialami patung bermuka manusia berbadan Singa tersebut ada yang
bagian kedalamannya mencapai sekitar 2 m, sehingga penampilan luar tampak
berkelok-kelok, seperti gelombang, nyata sekali bahwa semua itu merupakan bekas
dari akibat terjangan angin dan hujan yang hebat selama ribuan tahun.
Namun pandangan baru yang dikemukakan Westheth cs menimbulkan kontroversial
dari tokoh arus utama ilmu Mesir. Sebab mereka tidak mau percaya bahwa pada
10.000 tahun silam, di atas bumi mungkin telah muncul manusia yang lebih matang
dibanding orang sekarang. Namun penelitian Westheth mendapat sambutan dan
dorongan dari sejumlah besar ahli geologi ketika data yang dikumpulkan Westheth
disiarkan dalam suatu forum lembaga geologi AS. Meski pandangan tentang
“peradaban prasejarah” selama ini diabaikan, namun kini semakin banyak ilmuwan
berani menghadapi kenyataan, pembelaan terhadap pandangan yang tampak
“tersendiri” saat ini. Dimana jika diteruskan, yakin perubahan demikian dapat
membantu manusia dalam menyingkap misteri abadi Piramida ini! (Sumber :
Dajiyuan)
Arsitek Prancis menyingkap
misteri pembangunan Piramida
Bagaimanakah
Piramida raksasa di Mesir itu dibangun? ini adalah misteri yang selalu
membingungkan ilmuwan selama ribuan tahun. Namun kini, seorang insinyur
bangunan asal Prancis mungkin telah menemukan jawaban atas pertanyaan ini.
Piramida yang berdiri tegak di atas padang pasir
di peluaran kota
Kairo, Mesir adalah salah satu keajaiban tempat bersejarah yang terkenal di
dunia,setiap tahun selalu dikunjungi wisatawan mancanegara. Sampai kini
bangunan Piramida merupakan misteri yang tak terpecahkan di bidang arsitektur
dan ini juga satu alasan mengapa Piramida dan Spinx bisa menarik sejumlah besar
wisatawan berkunjung kesana.
8 Tahun Penelitian
Melalui penelitian yang berlangsung selam 8 tahun, dan paduan pandangan sarjana
lainnya, arsitek Prancis Houden mengemukakan sebuah teori yang unik dan
meyakinkan. Menurut Houden: “Piramida di bangun dari dalam, di bagian dalam
terdapat sebuah landaian atau lereng. Teori lain yang berhubungan dengan lereng
tersebut sulit untuk menjelaskan bagaimana sentuhan terakhir itu dirampungkan,
sebab kalau bukan terlalu panjang, derajat kemiringan lereng terlalu besar.
Menurut saya, hingga selesai dibangun, bahan bangunan yang diperlukan di angkut
ke atas dari lereng bagian dalam, sebuah koridor bagian dalam. Piramida paling
panjang mencapai 1.6 km.” Berdasarkan hipotesa ini, telah dibuat animasi 3
dimensi, dan anda dapat melihatnya di www.3ds.com/khufu
Landasan teori Houden berdasarkan maket komputer multidimensi dalam proses
pembangunan dan struktur Piramida. Menurutnya pekerja bangunan menempatkan
granit dan gamping (batu kapur) ke setiap bagian Piramida dengan menggunakan
seperangkat alat keseimbangan berat.
Teori Houden
Peneliti senior
asal AS yakni Blair adalah ahli peneliti tempat bersejarah di Mesir.
Menurutnya: “bagi sarjana yang menyelidiki tempat bersejarah Mesir, teori
Houden sangat penting. Adapun mengenai bangunan Piramida, di masa lalu ada dua
versi. Versi pertama adalah, di depan Piramida terdapat sebuah lereng yang
besar, dan versi lainnya mengatakan bahwa di luar Piramida terdapat jalan
bergelombang berbentuk spiral. Namun kami tahu kedua pandangan ini tidak benar
dan bermasalah. Sekarang kami memiliki pandangan ke tiga, dan pandangan ini
tidak ada masalah-masalah itu.
Piramida merupakan salah satu bangunan manusia yang terbesar di dunia, dan para
arkeolog telah menyelidiki selama beberapa abad terhadap Piramida. Sejumlah
besar arkeolog mengatakan, tidak mengherankan bila seorang arsitek mengemukakan
uraian terbaru atas misteri Piramida dengan teknologi abad ke-21 ini. Untuk
membuktikan kebenaran dari hipotesa tersebut, tim peneliti sudah siap sedia,
dan jika pemerintah setempat mengizinkan, kami akan segera menuju ke lokasi,
untuk survei di lapangan dengan radar dan detektor sumber panas. (Sumber :
Dajiyuan)
PIRAMIDA
MESIR BUKAN DIBUAT OLEH BUDAK BELIAN
Menurut laporan
situs-net Xinhua, Sekretaris jenderal dewan tertinggi tentang benda budaya
Mesir yakni doktor Jasey Hawass mengumumkan bahwa hasil temuan arkeologi
terbaru menunjukkan, bahwasannya Piramida itu dibuat oleh buruh. Hasil temuan
ini menyangkal infrensi bahwa Piramida dibuat oleh budak belian.
Doktor Hawass mengumumkan temuan ini di bawah kaki Piramida dekat Kairo. Doktor
Hawass yang berusia 55 tahun dinobatkan sebagai pakar paling berpengaruh dalam
penelitian benda budaya kuno Mesir. Ketika diwawancarai di lokasi penggalian
arkeologi saat itu mengatakan bahwa, setelah lebih dari 10 tahun melakukan
penggalian dan penelitian, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Piramida itu
dibangun oleh buruh bukan budak belian. Dan di lokasi penggalian ini adalah
makam pekerja yang meninggal dalam proses pembangunan Piramida.
Hawass menjelaskan bahwa, peneliti arkeologi menemukan sejumlah besar alat hitung,
alat ukur dan perkakas batu prosesing dalam barang-barang yang dikubur bersama
si mati. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggal ini adalah pembuat
Piramida. Dan tidak mungkin mereka adalah budak belian, sebab budak yang mati
tidak akan dikebumikan. Selain itu, arkeolog juga menemukan perkakas operasi
dari logam primitif dan bekas pengobatan si mati yang mengalami patah tulang
dalam liang kubur. Ini menunjukkan bahwa simati mendapat perlakuan dan
perawatan medis yang baik jika budak belian tidak akan mendapat perlakuan
demikian.
Hawass mengantar reporter melihat-lihat salah satu makam di antaranya. Ia
menuturkan, bahwa pintu masuk ke makam ini adalah sepotong granit, sama dengan
batu raksasa untuk pembangunan Piramida juga berasal dari daerah Aswan, selatan Mesir. Ini
menunjukkan bahwa status si pemilik makam berasal dari golongan terhormat. Dan
epigraf di atas pintu menunjukkan, bahwa pemilik makam adalah pejabat
administrasi tertinggi di daerah asministratif Piramida.
Personel arkeologi menemukan sebuah peti mati dari batu dalam liang kubur, dan
yang menggembirakan adalah peti mati batuan ini tidak ada tanda mengalami
pencurian dan penggalian. Hawass bahkan mengatakan, bahwa daerah penghidupan
para pekerja berada di sekitar makam. Personel arkeologi menemukan bekas tempat
tinggal sekretaris jenderal di sana.
Dan tempat tinggal pejabat ini dibangun pada 4.500 tahun lampau, adalah tempat
tinggal sekretaris jenderal paling kuno yang ditemukan di Mesir saat ini.
Selain itu, personel peneliti juga menemukan mess kolektif dan bekas
perlengkapan para pekerja di dalam kawasan penghidupan tersebut. Dari perkiraan
peninggalan-peningalan ini, secara total terdapat lebih dari 20.000 pekerja
yang turut dalam pembangunan Piramida. Dan ini berarti bahwa kesimpulan
sejarawan Yunani kuno tentang pembangunan. Piramida yang dikerjakan oleh 10.000
tukang batu itu tidak benar. Hawass menambahkan, bahwa pekerja–pekerja tersebut
bekerja secara bergantian di proyek ini, dengan masa kontrak kerja 3 bulan, dan
sebagian besar pekerja adalah petani, tukang batu yang miskin, biaya
penghidupan mereka ditanggung oleh keluarga yang berada kampungnya.
Piramida terletak di sebelah selatan Kairo, adalah Piramida terbesar di Mesir,
dan dinobatkan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Piramida ini dibangun
dari 2.3 juta batu raksasa, batu yang paling ringan adalah 2.5 ton, sedang yang
paling berat mencapai 40 ton. Siapakah yang membangun mega proyek yang demikian
hebat ini, hingga saat ini banyak versinya, namun sebagian besar sejarawan
mendukung pandangan tentang budak belian yang membangun Piramida. (Sumber :
Dajiyuan)
Aneh Tapi Nyata
Kompleks Piramida Giza yang dibangun bangsa Mesir kuno sekitar 5000 tahun yang
lalu memiliki luas area yang bisa disamakan antara jarak dari St Peter (Roma),
Katedral Florence (Milan) sampai ke St. Paul (London). Diyakini pula kumpulan
batu di Piramid Giza apabila disatukan bisa membuat tembok setinggi 3 meter
dengan ketebalan 0,3 meter yang bisa melingkupi seluruh Perancis.
Jika dibandingkan dengan Empire State Building di New York, piramida atau
piramida ini lebih besar 30 kali lipat dan bahkan bisa terlihat dari bulan.
Sementara bangsa Mesir Kuno sendiri membangunnya dalam waktu 30 tahun. Belum
lagi dari cara memindahkan batu batuan dan menyusunnya menjadi piramida yang
tinggi (ada yang mengatakan membuat struktur lereng atau ulir seperti pada
skrup yang kemudian dikapur dengan batu kapur pada lapisan luar. Ada pula yang menyebutkan
bahwa batu batu tersebut adalah hasil pengecoran).
Konstruksi yang akurat serta titik berat pusat benda. Sehingga seperti yang
diutarakan sebelumnya ada yang menyebutkan bahwa Piramida dibangun oleh UFO
dengan mengkaitkannya dengan potret piramida di Mars. Ada lagi yang berspekulasi bahwa piramida
dibangun oleh manusia masa datang yang terdampar di masa lalu. Ada
pula piramida berhubungan dengan rasi gugus bintang Orion ditinjau dari letak katiga piramida Giza dan Piramida Maya pun diyakini memiliki
letak dan posisi yang sama berdasarkan gugus rasi bintang Orion. Selain itu
diyakini pula ada ruangan di bawah Sphinx (yang dinamakan Hall off Records)
yang merupakan kunci rahasia menuju Zep Tepi yakni suatu zaman keemasan masa
lampau ketika Piramid Giza ini di buat.
Menurut penelitian dari Ilmuwan dan Arkeologi, bahan baku pembuatan piramida diambil dari beberapa
tempat. Misalnya batu kapur dari Tura, granit dari Aswan, tembaga dari Sinai dan kayu untuk peti
dari Libanon yang kesemuanya diangkut melalui Sungai Nil. Kemudian buruh-buruh
pekerja rata-rata meningal pada usia muda diantara 30 tahun karena mengalami
cedera tulang belakang karena membawa beban yang sangat berat. Kemudian
terungkap pula terdapat cara pertolongan gawat darurat bagi buruh yang cedera.
Jauh sebelum ada teleskop apalagi observatorium, masyarakat Mesir sudah
memiliki teknologi astronomi tinggi. Piramida dan Sphinx adalah hasil karya
ilmu astronomi ribuan tahun lalu itu.
Kajian tersebut menyatakan bahwa Sphinx dan tiga piramida besar di
sekelilingnya (Khufu, Khafre, and Menkaure), dibangun dan disusun menurut
konstelasi bintang-bintang dalam rasi (kumpulan bintang-bintang) Orion.
Mengapa rasi bintang tersebut yang dipilih masyarakat purba Mesir sebagai pola
dalam membangun kompleks piramida Giza
itu?
Nama Orion diambil dari salah satu tokoh dalam mitologi Yunani, anak dari
pasangan dewa Poseidon (dikenal juga sebagai Neptunus) dan Euryale. Sebagai
anak dewa, Orion diberi banyak kesaktian oleh orangtuanya. Misalnya, oleh
ayahnya yang merupakan penguasa samudera, dia diberi kesaktian bisa hidup di
lautan seperti makhluk laut.
Antara Januari hingga Mei, rasi bintang Orion ini bisa kita amati di arah
Timur. Bila bintang-bintang tersebut ditarik garis, memang akan terlihat
seperti ada sebuah adegan manusia sedang mengacungkan senjata. Dalam astronomi,
rasi bintang Orion dibentuk oleh delapan bintang besar Betelgeus, Meissa,
Bellatrix, susunan bintang Mintaka-Alnilam-Alnitak (sering disebut sebagai
sabuk Orion), Saiph, dan Rigel. Bersama bintang-bintang kecil lain yang
berperan seperti satelitnya.
Rasi bintang Orion ini seperti rasi bintang di galaksi kita, yang disebut
sebagai Bimasakti (Milky Way). Jadi bintang-bintang besar yang disebut di atas tak
ubahnya seperti Matahari di galaksi Bimasakti. Sedangkan bintang-bintang
kecilnya adalah planet-planet yang mengelilinginya, seperti Bumi, Mars,
Saturnus, hingga Pluto, mengelilingi Matahari. Hanya saja bedanya, di rasi
bintang Orion "matahari"-nya lebih dari satu, sedangkan di galaksi
kita hanya satu.
Dari susunan para bintang besar dan masing-masing satelitnya itulah, bila
ditarik dalam sebuah garis tak putus, akan tergambar seperti seorang pemuda
gagah dengan senjatanya. Oleh mitologi Yunani disebutkan sebagai penjelmaan
tokoh Orion. Lalu di sebelah selatan Orion, terlihat rasi bintang yang lebih kecil
disebut Lepus. Bila bintang-bintang di rasi bintang tersebut ditarik garis,
maka akan terlihat seperti anjing. Rasi bintang inilah yang disebut dalam
mitologi sebagai salah satu anjing yang menemani Orion di langit. Terdiri atas
dua bintang besar (Nihai dan Arneb) serta bintang-bintang yang ukurannya jauh
lebih kecil.
Terdapat pula deretan bintang yang kadang menggambarkan sosok kalajengking,
tapi bisa juga banteng. Itu semua tergantung dari mana arah kita memandang.
Yang pasti, rasi bintang Taurus atau Scorpio ini terdiri dari lima bintang
besar, yakni Al Nath, Aldebaran, Hyades, Ain, Pleiades, dan tentunya bintang-
bintang satelit mereka masing- masing. Dengan paduan tiga rasi bintang itulah
(Orion, Lepus, dan Scorpius/Taurus), mitologi tentang Orion tercipta.
Lalu apa hubungannya dengan budaya purba Mesir, yang membangun kompleks
piramida di Giza
juga atas mitos rasi bintang Orion tersebut?
Ini dihubungkan dengan pemujaan bangsa Mesir purba terhadap Osiris, yang tak
lain dipercaya sebagai jelmaan Orion yang kemudian menjadi dewa kematian. Dalam
relief-relief di piramida yang ditemukan, Osiris ini digambarkan sebagai dewa
yang mengenakan mahkota putih tinggi. Lewat kesaktiannya, Osiris dengan mudah
bisa membinasakan bumi dan isinya.
Masyarakat Mesir kuno juga percaya bahwa dewa-dewa di langit itu juga harus
mempunyai persinggahan di bumi.
Atas dasar latar belakang itulah, kemudian kompleks piramida Giza dibangun. Tentu karena untuk Osiris,
maka arsitektur posisi tiap piramidanya dibuat sedemikian rupa agar mirip
dengan posisi rasi bintangnya. Termasuk membangun penjaganya, yakni makhluk
berbadan singa berkepala manusia.
Piramida Khufu menggambarkan bintang Alnitak, piramida Khafre untuk bintang
Alnilam, sedangkan piramida Menkaure sebagai simbol bintang Mintaka. Deret
posisi tiap piramida pun dibuat seakurat mungkin, menyerupai posisi tiga
bintang besar itu di langit. Dan penempatan posisi tiga piramida tersebut
nyaris akurat! Hanya meleset 0,1364 derajat dari besar sudut antar piramida
dibanding antarbintangnya. Hal ini jadi begitu istimewa, mengingat teknologi
saat piramida-piramida tersebut dibangun, tentu belum secanggih sekarang
Selama ini, orang menganggap piramida hanya terdapat di Mesir. Padahal di
berbagai wilayah lainnya di dunia juga secara berturut-turut telah ditemukan
piramida zaman prasejarah. Seperti misalnya peradaban bangsa Maya di Amerika
Selatan, peradaban bangsa Yunani di Eropa, wilayah Asia
dan lain-lain, telah ditemukan piramida yang bentuk dan besar kecilnya tidak
sama. Artikel ini memperkenalkan sebagian piramida yang ditemukan di Jepang,
piramida-piramida ini sepertinya tidak ada hubungan apa pun dengan bangsa
Jepang modern, mungkin dibuat oleh manusia prasejarah yang jauh sebelum adanya
sejarah.
Sejak tahun 1950-an, di
berbagai wilayah Jepang secara berturut-turut telah ditemukan peninggalan
piramida dalam jumlah besar dan bangunan batu raksasa, dari masa sejarah yang
sangat lama, di antaranya beberapa piramida karena permukaannya tertutup oleh
debu dan tanah, serta dipenuhi dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan, bagian
luar tampak seperti sebuah gunung yang tinggi. Orang Jepang Jiujing Shengjun
bahkan menemukan adanya hubungan tertentu antara bangsa Jepang dengan bangsa
Yahudi pada zaman dahulu.
Tidak hanya demikian, pada
tahun-tahun terakhir ini di dasar laut lepas pantai Jepang telah ditemukan
banyak sekali peninggalan peradaban zaman purbakala. Sejak Maret 1995, penyelam
menemukan 8 tempat peninggalan yang tersebar di sekitar Hiroshima hingga lautan Pulau Yonaguni.
Tempat peninggalan pertama adalah sebuah konstruksi persegi empat yang sangat
menarik, namun tidak begitu jelas dan ditutupi oleh karang sehingga bagian
buatan manusianya tidak bisa dipastikan. Setelah itu, seorang atlet penyelam di
musim panas tahun 1996 di luar dugaan menemukan sebuah teras beruncing raksasa
di kedalaman 40 kaki di bawah permukaan laut Oklahoma Selatan, dipastikan
merupakan hasil buatan manusia. Dan melalui pencarian lebih lanjut, tim
penyelam lainnya menemukan lagi sebuah monumen lain dan lebih banyak lagi
bangunan buatan manusia. Mereka mendapati jalan yang panjang dan luas, tangga
dan pintu lengkung yang tinggi dan megah, serta batu
raksasa yang dipotong dengan sempurna. Semua ini dipersatukan selaras dengan gaya bangunan berbentuk
garis lurus yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Dalam beberapa bulan
selanjutnya, kalangan arkeologi Jepang ikut serta dalam penggalian yang
membangkitkan semangat ini. Tidak lama kemudian, mereka menemukan lagi sebuah
konstruksi yang berbentuk piramida yang sangat besar di kedalaman 100 kaki di
bawah permukaan laut tidak jauh dari pegunungan Sinaguni yang berjarak 300 mil
dari Hiroshima. Benda raksasa ini terletak di sebuah kawasan luas yang
kelihatannya digunakan untuk penyelenggaraan upacara, pada kedua sisinya terdapat
pintu menara raksasa, bangunan ini panjang 240 kaki, lebar 600 kaki, dan tinggi
90 kaki, dan sejarahnya dapat dilacak kembali minimal 8.000 tahun SM.
Oleh karena visibilitas normal
adalah 100 kaki di bawah permukaan laut, maka tingkat kejernihan pandang
peninggalan ini cukup untuk pengambilan foto dan rekaman video. Gambar-gambar
tersebut muncul dalam berita utama di koran-koran Jepang melebihi satu tahun
lamanya, arkeolog berpendapat, bahwa ini mungkin adalah sebuah bukti awal
adanya peradaban zaman batu yang masih belum diketahui orang.
Ahli geologi, Profesor Masaki
Kimura dari Universitas Hiroshima, yang pertama-tama mengadakan penelitian ini
dan mengambil kesimpulan bahwa bangunan yang mempunyai lima tingkat konstruksi ini adalah buatan
manusia. Dia mengatakan: “Bahwa bangunan ini bukan benda hasil alamiah. Jika
hasil alamiah, seharusnya pecahan yang terbentuk melalui korosi bertumpuk di
atasnya, namun tidak ditemukan pecahan batu seperti ini.” Dia menambahkan,
“bahwa sekeliling bangunan terdapat suatu yang mirip jalanan, dan ini semakin
membuktikan bahwa ia adalah buatan manusia.
Profesor ilmu geologi
Universitas Boston Robert Sketche menyelam dan memeriksa bangunan tersebut. Dia
mengatakan, “Jika diamati, bangunan itu seperti serentetan tangga raksasa,
setiap tangga tingginya kurang lebih 1 meter. Esensial penampang bangunannya
mirip dengan piramida model tangga. Ini merupakan sebuah struktur yang sangat
menarik. Pengikisan air yang alami ditambah lagi dengan proses perpecahan batu
berkemungkinan menghasilkan struktur seperti ini, namun kami masih belum
menemukan proses yang bagaimana dapat menghasilkan penampang tangga yang begitu
tajam.”
Bukti selanjutnya yang dapat
membuktikan bahwa bangunan tersebut adalah buatan manusia adalah beberapa tumpukan kecil dari batu yang
ditemukan di sekitarnya. Mirip dengan bangunan utama, piramida-piramida mini
ini dibentuk dari batu hampar berbentuk tangga yang disatukan, lebarnya 10
meter dan tinggi 2 meter.
Profesor Kimura berpendapat,
bahwa masih terlalu pagi jika ingin mengetahui siapa yang telah membuat monumen
tersebut atau apa tujuannya. Dia mengatakan, “Bangunan ini mungkin adalah
sebuah istana dewa dari agama zaman dahulu, digunakan untuk memuja-muji dewa
tertentu, sama seperti penduduk Hiroshima
yang percaya pada dewa Nirai-Kanai yang dapat mendatangkan kesejahteraan dari
laut kepada mereka. Oleh karena berdasarkan catatan, 10 ribu tahun lampau tidak
ada manusia yang mampu membuat monumen seperti ini, maka ini mungkin adalah
sebuah bukti peradaban manusia yang tidak diketahui orang.”
“Hanya manusia yang memiliki
teknologi tingkat tinggi baru mampu menyelesaikan proyek seperti ini, dan
sangat mungkin berasal dari daratan Asia yang
mengandung peradaban manusia paling kuno. Bangunan yang demikian raksasa harus
menggunakan mesin tertentu baru dapat menyelesaikannya,” lanjut Profesor
Kimura.
Masa peradaban Jepang sekarang
ini berawal dari zaman batu baru sekitar tahun 9000 SM. Penghidupan orang-orang
pada zaman itu adalah berburu dan mengumpulkan makanan. Tidak mungkin ada
teknologi maju untuk membuat bangunan seperti piramida raksasa tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa sebelum peradaban Jepang kali ini, di kawasan Jepang ini,
pernah ada peradaban manusia yang sangat maju, dan ia dengan bangsa Jepang
sekarang tidak mempunyai hubungan apa pun. (erabaru.or.id)*
Banyak orang telah mengenal piramida. Piramida adalah bangunan modern pada masa purba yang terdapat
di Mesir. Bangunan ini disusun bertingkat, makin ke atas makin kecil. Piramida terdiri atas ribuan bongkahan batu. Tiap batu
mempunyai berat sekitar dua ton.
Diperkirakan berat sebuah piramida mencapai jutaan ton. Bila dideretkan maka panjang
batu pada piramida Cheops, piramida terbesar di Mesir, melebihi panjang pantai Amerika
dari utara ke selatan.
Bagaimana membuat piramida, berapa lama waktu untuk menyelesaikannya, dan
berapa banyak orang yang mengerjakannya? Sejak lama para pakar masih belum bisa
memberikan jawaban memuaskan. Hanya sebagian misteri yang berhasil diungkapkan,
antara lain oleh arkeolog Inggris Howard Carter terhadap makam Tutankhamen di dalam sebuah piramida.
Carter dan tim ekspedisinya menemukan terowongan berikut tangga yang tersusun
rapi dan sejumlah catatan tertulis. Di dalam terowongan itu terdapat makam raja
dan keluarganya yang mayatnya sudah diawetkan (mumi). Perhiasan emas, prasasti
yang berisi kutukan, dan gambar dinding. Perlu waktu puluhan tahun untuk melakukan
ekskavasi di sini.
NASA Mengetahui Adanya
Pengunjung Dari Luar Bumi
CEO Kontraktor NASA
Lockheed Mengetahui Adanya Pengunjung Dari Luar Bumi
Mantan CEO Lockheed “Skunk
Works” mengetahui pesawat UFO Roswell
mempengaruhi rancangan model kit Testor (perusahaan rekanan militer AS) untuk
model UFO Roswell
serta pesawat rahasia AS.
Menurut laporan CNI News oleh
warga Colorado Michael Lindemann, informasi rancangan diperoleh dari ilustrasi
forensik dan sejumlah kesaksian para saksi mata tentang insiden UFO
Roswell, yang
diberikan oleh William L. “Bill” McDonald.
Dalam sebuah email tertanggal
29 Juli 1999, secara jelas ditujukan kepada Lindemann, McDonald mengacukan pada
kutipan sebuah diskusi dengan Harold Puthoff, pendiri program “remote viewing”
AS sebelumnya yang sangat rahasia.
McDonald
mengatakan:
“Baiklah Hal, Anda yang
memintanya! John Andrews, insinyur legendaris Lockheed dan kepala perancang
model kit untuk Testor Corporation, kini telah meninggal dunia, saya dapat
memberitahukan bahwa ia secara personal mengkonfirmasikan hubungan rancangan
tersebut antara pesawat (yang jatuh) di Roswell dengan Unmanned Combat Air
Vehicles (UCAV, Pesawat Tempur Udara Tidak Berawak) dari Lockheed Martin,
pesawat mata-mata, pesawat tempur Joint Strike dan pesawat ulang-alik. Andrews
adalah seorang kawan dekat CEO “Skunk Works” Ben Rich - penerus terpilih dari
pendiri Skunk Works Kelly Johnson dan orang yang terkenal dalam pesawat tempur
terkenal “Stealth” F-117 Nighthawk, pesawat itu merupakan prototipe kecil
“setengah jadi” yang “MEMILIKI (sesuatu yang berwarna) BIRU”, serta pesawat
pencegat amat rahasia Stealth F-19. Sebelum Rich meninggal karena kanker,
Andrews mengajukan pertanyaan saya kepadanya.
Dr. Ben R. Rich memberi konfirmasi:
1. Ada dua tipe UFO
- satu yang kami bangun dan satu yang “mereka” bangun. Kami mempelajari dari
masing-masing pesawat yang jatuh dan mempelajarinya secara langsung. Pemerintah tahu ini dan hingga
tahun 1969 mengurusi informasi ini. Setelah tahun 1969 Nixon “membersihkannya”,
administrasinya dilakukan oleh sebuah dewan direktur internasional di sektor
swasta.
3. Hampir seluruh rancangan
pesawat ruang angkasa “biomorphic” terinspirasi oleh pesawat Roswell - dari SR-71 Blackbird Kelly hingga
pesawat masa kini, UCAV dan pesawat ruang angkasa.
7. Adalah pendapat Ben Rich
bahwa publik seharusnya tidak diberitahu (tentang UFO
dan makhluk ET). Ia yakin publik tidak dapat memegang kebenaran - selamanya.
Hanya di bulan-bulan terakhir ini ia merasa bahwa “dewan direktur korporat
internasional” berurusan dengan “Hal” yang dapat menggambarkan suatu masalah
besar bagi kebebasan personal warga di bawah Konstitusi AS daripada kehadiran
para pengunjung dari luar Bumi itu sendiri.
Lindemann menambahkan bahwa
“Bill McDonald menerima informasi di atas dari Andrews sejak tahun 1994 hingga
hubungan telepon terakhir menjelang Natal
tahun 1998.” Lindemann juga mencatat “Perlu diketahui bahwa Dr. Ben R. Rich
menghadiri suatu konferensi para perancang dan insinyur kedirgantaraan publik
pada tahun 1993 sebelum ia menderita sakit dimana ia menyatakan - di sela-sela
hadirnya Jan Harzan, Direktur MUFON Seksi Orange County, serta banyak hadirin
lainnya bahwa - “Kami” (antara lain: komunitas dirgantara / kompleks industri
militer AS) tidak memiliki teknologi yang “membawa kita ke angkasa”.
Lihat surat lengkap dari John Andrews dan balasan
tulisan tangan dari Dr. ben Rich. Dengarkan kesaksian yang lebih mengungkap
dari para “whistleblower” (pengumbar isu) Disclosure Project (Program
Pengungkapan). NASA tidak dapat menolak info rahasia yang
ditemukan oleh hacker Inggris Gary
McKinnon dan banyak astronot jika ada harapan adanya dukungan penuh dari
pemerintahan Gedung Putih Obama.
Piramida Berusia 4300 Tahun
Ditemukan di Mesir
KAIRO - Para arkeolog
menemukan piramida baru di Gurun Saqqara Mesir. Piramida tersebut diprediksi
berusia 4300 tahun. Piramida diduga milik seorang ratu pada dinasti keenam
Mesir Lama.
Menurut pimpinan lembaga purbakala Mesir Zahi Hawass, piramida tersebut diduga
milik seorang ratu pendiri Dinasti keenam Mesir. Ini berarti dibangun beberapa
ratus tahun setelah Piramida Giza didirikan.
Penemuan ini merupakan bagian dari proyek penggalian situs sejarah di Memphis,
yang saat itu merupakan ibu kota Kerajaan Lama
Mesir, sekira 19 km selatan Giza.
Piramida yang baru ditemukan beradadi kedalaman 25 meter dengan tinggi 5 meter.
"Saat ditemukan banyak sekali pasir di dalamnya. Tidak satu pun orang
memiliki ide untuk memasukinya," kata Hawass seperti dikutip Associated
Press, Rabu (12/11/2008).
Hawass bersama timnya sudah melakukan eskavasi (penggalian situs sejarah) di
lokasi ini selama dua tahun. Namun baru dua bulan ini mereka menentukan lokasi
yang ternyata tepat ditemukan piramida itu. Panjang lokasi yang digali mencapai
22 meter. Selain itu, mereka juga menemukan bagian dari piramida, seperti
kumpulan batu kapur yang digunakam untuk membangun struktur piramida. Hawass
memprediksikan dalam kondisi utuh, piramida ini memiliki tinggi 14 meter.
Ini merupakan piramida yang ke-118 ditemukan di Mesir. "Untuk menemukan
piramida baru, sangat menyenangkan. Namun yang satu ini merupakan keanehan
karena piramida ini milik ratu," papar Hawass.
Hawass meyakini piramida ini milik Ratu Sesheshet, seorang yang sangat berjasa
dalam pembentukan dinasti keenam Mesir. Dia juga dikenal menyatukan dua
keluarga kerajaan yang bersengketa saat itu.
Penemuan ini juga memiliki arti penting untuk mengungkap sejarah Dinasti keenam
Mesir yang berkuasa antara 2322 tahun hingga 2151 sebelum masehi (SM). Ini
merupakan generasi terakhir dari Kerajaan Lama Mesir.
Gurun Saqqara juga dikenal dengan Step pyramid og King Djoser yang dibangun 27
tahun SM. Piramida terakhir ditemukan tiga tahun lalu di daerah yang sama.
Piramida tersebut merupakan milik isteri dari pelanjut Teti (anak ratu pemilik
piramdia yang baru ditemukan), yaitu Pepi I.
Saat ini baru sepertiga dari kawasan situs bersejarah Gurun Saqqara yang sudah
dieksplorasi para arkeolog.
(ton)
BY:
ARKAN
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada
TYME yang telah memberikan kesempatan kepada saya guna merangkum dan merancang
sebagian kecil dari misteri pembuatan piramida mesir dan candi borobudur yang
sejarah kejadiannya jauh dari akal dan pikiran manusia pada masa kini.
Pembuatan yang begitu rumit yang
menjadi perdebatatan bagi sekelumit sejarahwan masa kini.moga dengan adanya
artikel ini dapat mendorong saudaraku untuk lebih memperdalam lagi pemahamannya
mengetahui latar belakang kejadian sebenarnya..
Sangat disadari oleh penyusun bahwa
artikel ini masih kurang jelas…maka dengan itu di harapkan pada saudaraku guna
memberikan kritik dan saran guna sempurnanya artikel ini esok hari.
Penyusun
Sumber
Tinjauan pustaka
Diterjemahkan
dari: “CEO of NASA
contractor Lockheed knew of extraterrestrial UFO visitors”
Penulis: Jeff Peckman (Denver
UFO Examiner)
sumber: Examiner.com
edisi: 23 Desember 2008
Super
Moderator Lucu
Join Date: Nov
2004
Location:
Disebelah tuh!!
Posts: 5,302
Anton
Suhartono – Okezone
Rabu, 12
November 2008 - 10:51 wib
Pimpinan
lembaga purbakala Mesir Zahi Hawass di lokasi ditemukannya Piramida baru/AFP
CEO Kontraktor NASA Lockheed
Mengetahui Adanya Pengunjung Dari Luar Bumi
Oleh Djulianto
Susantio
sumber:
erabaru.com
Dajiyuan
(Erabaru.or.id)
Sabtu,
10 Januari 2009